Tidak ada yang menyangkal tentang berbagai hal buruk yang terjadi di dunia ini. Namun, respon standar dari kaum liberal dan konservatif adalah, bahwa kelaparan, wabah penyakit, dan perang adalah masalah alami yang tak mungkin dihilangkan. Penderitaan manusia memang tragis, tapi tidak bisa dihindari. Orang-orang miskin—dan sakit, juga lapar, dan mati prematur—akan selalu bersama kita.
Garry Leech tidak setuju dengan pendapat itu. Dalam Capitalism: A Structural Genocide, Ia berpendapat, “kekerasan struktural adalah inheren di dalam sistem kapitalisme” dan “menyebabkan kematian berskala genosida, dengan demikian merupakan genosida berbasis kelas yang menargetkan kaum miskin, terutama di negeri-negeri Selatan.”
Dengan kekerasan stuktural, Leech mengartikan kehancuran manusia disebabkan oleh perampasan kebutuhan dasar rakyat sebagai akibat dari struktur sosial yang ada. Contoh paling jelas tentang hal ini adalah kelaparan atau penyakit yang disebabkan oleh makanan dan obat-obatan dijual terlalu mahal dan tetap ditaruh di pasar untuk tujuan bisnis. Ketika kekerasan semacam itu menyebabkan begitu banyak kematian, Leech berpendapat, kita harus menyebutnya “genosida struktural”.
Inti dari Capitalism: A Structural Genocide adalah serangkaian studi kasus dan analisa yang menunjukkan bahwa kapitalisme dengan sifatnya menghalangi ratusan juta orang untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya. Ini salah satu contohnya: setiap tiga detik, ada seorang bayi yang meninggal karena kelaparan dan penyakit yang seharusnya masih bisa diobati; dalam tiga detik yang sama, organisasi militer menghabiskan 120.000 USD untuk membeli senjata.
Pilihan untuk membelanjakan uang untuk senjata, dan bukannya untuk makanan dan obat-obatan, memang kedengaran irasional. Tetapi menjadi masuk akal jika motif utamanya adalah untuk menjaga sistem yang didasarkan pada “ketimpangan dalam kekuasaan dan kekayaan”, yang menjamin kepentingan modal lebih diprioritaskan ketimbang mayoritas umat manusia dan alam.
Leech memperkirakan, bahwa 10 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat genosida struktural kapitalisme. Perhitungannya memasukkan kekerasan struktural di Meksiko, India, dan Afrika Sub Sahara, adalah menarik dan sekaligus mengerikan. Tidak masuk akal orang yang membaca buku ini tidak menyimpulkan bahwa sistem yang bertanggung-jawab atas malapetaka ini tidak diakhiri.
Tapi apa alternatifnya? Tidak seperti kebanyakan buku yang hanya mengumbar berbagai masalah sosial, Leech sangat condong pada alternatif sosialisme—tidak hanya dalam teori, tetapi juga melalui perhitungan yang matang untuk melanjutkan upaya membangun “Ekososisme Abad 21” seperti di Kuba, Venezuela, dan Bolivia. Tetapi ia jujur mengakui bahwa negara-negara ini masih berhadapan dengan tantangan serius, tetapi ia melihat upaya positif mereka (Kuba, Venezeula, dan Bolivia) untuk memprioritaskan produksi untuk kebutuhan manusia ketimbang untuk profit (keuntungan).
Kekuatan buku ini, saya tidak membujuk, adalah bahwa kekerasan stuktural dan genosida struktural merupakan tambahan berguna untuk kosakata anti-kapitalisme. Banyak orang yang menafsirkan itu kurang bermakna dibanding kekerasan dan genosida benaran. Tetapi itu akan menjadi memalukan, karena—seperti ditunjukkan ole Leech, tidak terlihatnya kapitalisme sebagai pembunuh alami.
Tapi itu kritikan kecil. Secara keseluruhan, Capitalism: A Structural Genocide adalah buku yang berharga dan menambah wawasan. Beli dua: satu untuk dibaca dan didiskusikan, sementara satunya lagi untuk temanmu yang masih berharap bahwa sistem merusak ini masih harus dijaga.
Ian Angus, seorang aktivis eko-sosialis Kanada. Resensi buku ini pertama kali terbit di Canadian Dimension, Vol. 46, No. 6. Penerjemah: Lily Nurhayani.
———————————————–
Data Buku:
Judul Buku: Capitalism: A Structural Genocide
Penulis: Garry Leech
Penerbit: Zed Books, 2012.
Tebal: 192 halaman
ISBN: 9781780321998
Responses
0 Respones to "Resensi Buku: Kapitalisme, sebuah Genosida Struktural"
Posting Komentar